Dari Teks ke Layar: Panduan Membaca & Menulis Format Naskah Film Profesional

Pernahkah kamu melihat sebuah foto atau lukisan dan berpikir, "Ini bisa jadi adegan film yang bagus"? Setiap gambar memang menyimpan sebuah cerita. Tapi, bagaimana cara mengubah satu momen visual yang kuat menjadi sebuah naskah yang bisa dipahami oleh sutradara, aktor, dan seluruh kru film?

Jawabannya terletak pada format naskah. Ini bukan sekadar aturan kaku, melainkan bahasa universal di industri perfilman yang memastikan semua orang membaca dan memahami visi penulis dengan cara yang sama. Format yang benar juga membantu memperkirakan durasi (secara kasar, satu halaman naskah setara dengan satu menit durasi film).

Dalam artikel ini, kita akan membedah sebuah gambar dan mengubahnya menjadi satu adegan naskah profesional, langkah demi langkah.

Studi Kasus: Adegan di Padang Rumput

Mari kita gunakan gambar ini sebagai referensi utama kita:

Langkah 1: Scene Heading (Slugline)

Setiap adegan harus diawali dengan Scene Heading atau Slugline. Ini adalah baris pertama yang menjawab dua pertanyaan paling penting: DI MANA? dan KAPAN? adegan itu berlangsung.

Formatnya adalah: INT./EXT. - LOKASI - WAKTU

  • INT. (Interior) untuk adegan di dalam ruangan.
  • EXT. (Exterior) untuk adegan di luar ruangan.

Melihat gambar referensi kita, adegannya berada di luar ruangan, di sebuah padang rumput, saat matahari terbenam. Maka, penulisannya adalah:

EXT. PADANG RUMPUT - SUNSET

Langkah 2: Action Line (Deskripsi Aksi)

Setelah lokasi dan waktu ditetapkan, saatnya mendeskripsikan apa yang dilihat dan didengar oleh penonton. Inilah fungsi dari Action Line.

Aturan terpenting: Selalu tulis dalam bentuk kalimat sekarang (present tense) dan hanya deskripsikan hal-hal yang bisa divisualisasikan. Jangan menulis pikiran atau perasaan karakter.

Mari kita deskripsikan gambar tersebut dan beri nama pada karakternya, misalnya ADIT dan ANNA.

Langit senja berwarna keemasan terpantul di awan. Hamparan rumput ilalang yang luas bergerak pelan tertiup angin.

ADIT (22) yang berpakaian santai dan ANNA (21), yang mengenakan hijab, duduk berdampingan di atas rumput. Mereka menatap matahari yang perlahan terbenam di cakrawala. Suasana terasa tenang dan damai.

Langkah 3: Character & Dialogue

Sekarang saatnya membuat karakter kita berbicara. Formatnya sederhana: nama karakter ditulis dengan huruf kapital di tengah, diikuti oleh dialog di baris bawahnya.

Kita bayangkan Adit melakukan percakapan untuk memecah keheningan.

ADIT
Yah, Apapun alasanmu. Buang jauh-jauh kesedihanmu itu dan mulai lagi tersenyum.

Langkah 4: Parenthetical (Konteks Dialog)

Terkadang, kita perlu memberi sedikit konteks tentang bagaimana sebuah dialog diucapkan atau aksi kecil yang menyertainya. Di sinilah Parenthetical berperan. Ia diletakkan dalam tanda kurung ( ) di antara nama karakter dan dialog. Gunakan seperlunya, jangan berlebihan. Biarkan dialog dan akting yang berbicara.

Untuk memperjelas dialog ADIT, kita tambahkan parenthetical.

ADIT
Yah, apapun alasanmu. (Sembari menoleh ke arah Anna) Buang jauh-jauh kesedihanmu itu dan mulai lagi tersenyum.

Hasil Akhir: Mari Satukan Semuanya!

Ketika semua elemen digabungkan, inilah hasil akhir dari naskah berdasarkan satu gambar tadi:

GALA UNTUK IBU
ACT 1

EXT. PADANG RUMPUT – SUNSET
Langit senja berwarna keemasan. Hamparan rumput ilalang yang luas. ADIT (22) yang berpakaian santai dan ANNA(21) yang mengenakan hijab, duduk berdampingan menatap matahari yang perlahan terbenam. Suasana terasa tenang.

ADIT
Yah, apapun alasanmu. (Sembari menoleh ke arah Anna) Buang jauh-jauh kesedihanmu itu dan mulai lagi tersenyum.

Mengubah sebuah ide visual menjadi naskah adalah langkah pertama dan paling fundamental dalam proses pembuatan film. Dengan menguasai format ini, kamu memastikan bahwa idemu bisa dibaca, dipahami, dan dieksekusi oleh para profesional di industri film.

Sekarang giliranmu. Coba cari sebuah foto dan tuliskan adegannya di kolom komentar!

What's on your mind? Share your thoughts!

Lebih baru Lebih lama